Perkuliahan mahasiswa Strata (S1) pada umumnya menggunakan metode diskusi-interaktif dalam mempresentasikan makalah dan tugas-tugasnya. Diskusi-interaktif akan efektif jika audiens bersemangat untuk menggali lebih dalam substansi yang terkandung dalam makalah, dan posisi presentator dalam hal ini seperti kiper sepak bola yang harus selalu siap untuk menangkis dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari audiens. Berhubung presentator diberikan tugas oleh dosen untuk membuat dan mempresentasikan makalah, maka pertanggungjawaban presentator harus benar-benar memahami substansi dari makalah miliknya.
Namun dibeberapa ruang kelas mahasiswa S1, seringkali metode diskusi-interaktif berubah menjadi ceramah-satuarah seperti halnya khutbah jum'at. Khatib menyampaikan khutbah, dan audiens hanya diam, diam-diam ternyata tidur. Kadang juga diskusi-interaktif dijadikan hanya sebagai formalitas belaka untuk mendapatkan penilaian dari dosen tanpa memahami substansi dari matakuliah. Parahnya, pembuatan makalah juga dijadikan sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan tugas yang diberikan oleh dosen (copy-paste). Mahasiswa nakal seperti ini perlu dibimbing oleh teman sekelasnya dengan cara mengkritisi makalah, mulai dari footnote, sistematika penulisan, hingga substansi makalah. Niatnya, agar kedepannya mahasiswa nakal ini serius dalam membuat, mempelajari, dan mempresentasikan makalah miliknya, atau bisa juga dibahasakan dengan "ngerjain teman". Beberapa hal dibawah ini merupakan bagian untuk "ngerjain" presentator.
1. Kritisi sistematika penulisannya
- Footnote harus dipastikan penulisannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku (nama, judul dicetak miring, tempat diterbitkan, nama penerbit, tahun, dan halaman).
- Daftar Pustaka yang baik dan benar harus berdasarkan abjad A-Z. Pastikan juga penulisannya tidak sama dengan footnote, daftar pustaka mempunyai tata cara penulisan tersendiri.
- Capital Letter dalam sebuah kata juga punya aturan, seperti nama orang, tempat, dll
- Bahasa selain bahasa Indonesia harus ditulis menggunakan cetak miring. Biasanya banyak yang belum mengetahui hal ini.
- Halaman pada makalah pastikan sudah ditulis.
2. Kritisi sumber rujukannya
- Referensi yang digunakan oleh presentator harus dapat dipertanggungjawabkan
- Copy-Paste sangat dilarang dalam penulisan karya ilmiah, seperti penjiplakan merupakan suatu tindak pidana.
- Referensi untuk dalil Al-Quran dan Hadits harus diambil dari sumber aslinya langsung
3. Kritisi makalah yang tidak mempunyai referensi
- Makalah tanpa referensi tidak dapat dipertanggungjawabkan keabsahan dan kebenarannya sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai karya ilmiah. Bisa saja makalah tanpa referensi tersebut memuat paham sesat sehingga audiens yang tidak kritis melihat makalah tersebut ikut tersesat.
4. Kritisi tata cara mempresentasikan makalahnya
- Membaca keseluruhan isi makalah adalah cara yang umumnya dilakukan oleh mahasiswa nakal dalam mempresentasikan makalahnya. Audiens yang kritis akan menuntut agar makalah tersebut dipresentasikan, dijelaskan, bukan hanya sebatas dibacakan, toh anak SD sekalipun bisa membaca makalah tersebut.
5. Kritisi pertanggungjawabannya
- Jika presentator tidak bisa menjelaskan secara detail serta tidak memahami substansi dari makalahnya, maka bagaimana mungkin presentator dapat menulis apa yang dia tidak pahami? Bisa jadi presentator mengambil makalah milik orang lain dan menjadikannya sebagai karyanya, atau membuat makalah melalui percaloan. Makalah seperti ini tidak dapat dipertanggungjawabkan.
6. Jangan kritisi individualnya
- Dilarang keras mengkritisi individual presentator karena dapat melanggar etika pertemanan. Cukup kritisi perbuatan dan makalahnya.
Mengkritisi presentator adalah perbuatan mulia. Hal tersebut dapat menambah wawasannya dan wawasan kita sendiri, serta dapat membuatnya serius dalam menjalani perkuliahan. Jika anda sudah melakukan hal diatas, pastikan anda menolak request untuk tidak mengkritisi saat teman anda yang lain menjadi presentator.
Comments
Post a Comment