Pada umumnya manusia selalu makan setiap hari untuk melanjutkan kehidupannya. Kehidupan manusia adalah proses untuk menjadi. Iya benar, proses untuk menjadi. Menjadi apa yang manusia tersebut cita-citakan, dambakan, dan inginkan. Proses tersebut dapat dijalankan karena adanya kekuatan intelektual, mental dan fisik. Awalnya terbentur, selanjutnya terbentur, kemudian terbentur, dan akhirnya terbentuk. Ada juga terbentur dan langsung terbentuk. Tergantung dari individu masing-masing. Itulah proses kehidupan.
Namun, untuk mendapatkan kekuatan tersebut, kita harus berusaha keras melatih dan memberi makan diri kita. Dalam konsep kehidupan Islam, ada tiga hal yang harus diberi makan setiap hari yaitu, Physical (Fisik), Heart (Hati), dan Brain (Otak). Masing-masing mempunyai makanan tersendiri yang dapat menumbuhkan kualitias individu atau bahkan sebaliknya, tergantung dari apa yang dikonsumsi.
Makanan fisik adalah prinsip yang disebut empat sehat, lima sempurna. Makanan hati adalah ke-ikhlasan, dzikir, ibadah dan sebagainya. Sedangkan makanan otak adalah belajar, diskusi, membaca dan segala hal yang dapat membuat ilmu bertambah.
Tapi lagi-lagi, ada perbedaan antara semangat memberi makan fisik dengan hati dan otak. Semangat memberi makan fisik diri sendiri pasti selalu dipenuhi setiap hari, kadang tiga kali, dua kali, maupun sekali dalam sehari. Baik punya uang maupun tidak. Biasanya jika tidak punya uang, maka otak kita akan berpikir untuk meminjam atau berhutang bahkan mencuri. Intinya adalah bagaimana agar perut tidak kosong. Itulah semangat memberi makan fisik.
Pertanyaannya adalah kenapa semangat memberi makan hati dan otak tidak se-semangat memberi makan fisik? Apa penyebabnya? Kenapa bisa begitu? Bagaimana cara mengatasinya? Apa harus selalu ada yang mengingatkan agar semangat untuk memberi makan tiga hal tersebut terlaksana seperti halnya anak kecil yang selalu disuapi dan disusui? Think about it !
Jika hal tersebut sebelumnya belum pernah terlintas dibenak seseorang, bagaimana mungkin dia dengan sadar dapat memberi makan otak dan hatinya untuk meningkatkan kualitas diri dan keilmuannya dengan kemaun sendiri? Setidaknya dia bisa mendapatkan sedikit ilmu dari obrolan panjang lebar sewaktu nongkrong, atau mungkin hal tersebut hanya kebetulan saja. Ibaratkan saya sedang nongkrong di diskotik bersama teman, kemudian dia menyelipkan sedikit pembahasan tentang ilmu ekonomi dalam obrolan di diskotik. Dengan kata lain, saya telah memberi makan otak saya dengan tidak sengaja. Namun itu hanya kebetulan saja karena tidak ada niat untuk belajar.
Manusia telah banyak mati kelaparan karena tidak bisa mendapatkan makanan untuk perutnya. Bayangkan jika posisi otak dan hati persis seperti posisi perut, mungkin akan banyak manusia yang mati karena kebodohan, ketololan, kedengkian, dan kebusukan hati. Oleh sebab itu, kiranya perlu untuk mengkritisi diri sebagai langkah awal untuk meningkatkan kualitas diri.
Comments
Post a Comment